(serial motivasi studi ke Jerman #4)

oleh: Dipl.-Ing. Syahril M Nurdin

Nah, kita lanjutin ya Gaess…. Sekarang kita sampai di tahap menjaga komitmen dan mengeksekusi plan yang sudah kita tetapkan untuk dijalani. Menjaga komitmen adalah sebuah seni yang cukup indah yang harus dikuasai. Karena ini akan menentukan naik turunnya kualitas eksekusi yang kita lakukan dan sekaligus ketahanan kita untuk menghadapi halangan yang sangat mungkin bermunculan (bermunculan berarti bukan hanya satu)

Banyak mungkin yang berfikir bahwa menjaga komitmen adalah urusan mental. Bahkan kalau pendapat ini benar saja, situasinya sudah tidak sederhana. Apalagi ternyata terbukti bahwa menjaga komitmen ini secara langsung berkaitan antara urusan mental dengan ketrampilan atau skill dalam eksekusi rencana yang ada. Maka tidak bisa tidak, perlu trik dan strategi yang tepat agar keduanya bisa dilaksanakan dengan optimal dan sebaik-baiknya. 

1. Fokus pada goal yang terpenting

Seringkali ide berseliweran dengan sangat padat di fikiran kita. Semakin banyaknya ide yang kita punyai seakan menjadi parameter keberhasilan kita. Namun sayangnya tidak demikian. Ide tanpa eksekusi hanya seperti impian siang hari. Maka eksekusi menjadi kunci utamanya. Dan untuk menjadikan eksekusi kita powerful, kuncinya adalah fokus.

Dari semua ide yang ada, dari semua opsi yang kita miliki, pilihlah mana yang akan menjadi goal terpenting atau Wildly Important Goal (WIG). Fokuslah pada pencapaian WIG ini. Banyak riset menyebutkan bahwa maksimal 3 fokus yang bisa dikerjakan secara parallel. Lebih dari itu akan sangat rawan gagal. Ciri dari ide atau goal yang bisa menjadi WIG ini, adalah jika dia tidak tercapai, walaupun banyak hal lain tercapai, tidak akan terjadi perubahan yang mendasar dan signifikan. Jadi memang WIG ini punya pengaruh yang besar pada hidup kita secara keseluruhan. Maka sebaliknya, jika WIG ini tercapai, dan hal lain masih pending, kita sudah bisa merasakan perubahan ke arah perbaikan secara jelas dan berkelanjutan. Also, tentukan WIG kita untuk bisa sukses studi ke Jerman atau tempat terbaik lainnya, dan curahkan fokus kita untuk mencapainya.

2. Bertindak pada Lead measure

Berbeda dengan penentuan WIG, maka pada level action atau tindakan, kita harus bergerak di lead measures. Apa itu lead measure? Ada dua istilah yang perlu kita kenal, yaitu Lag measure dan Lead measure. Lag measures adalah tentang “dari A jadi B kapan”, dan bersifat sebagai tolok ukur keberhasilan dan tidak bisa diubah. Sementara Lead measure adalah sasaran-sasaran yang dipakai untuk memprediksi keberhasilan dan dipengaruhi oleh tindakan dan aktifitas kita.

Sebagai contoh, jika kita ingin studi ke Jerman, maka kita harus menguasai Bahasa Jerman. Maka kita bisa tentukan bahwa Lag measure kita adalah menguasai Bahasa Jerman dari 0 mejadi mahir di level B1 dalam satu tahun. Maka Lead measurenya bisa berupa ikut kursus Bahasa Jerman di Exzellenz dengan konten :

  • Belajar tiga hari dalam sepekan dengan 180 menit setiap pertemuannya.
  • Secara mandiri berlatih listening (hoeren) selama 30 menit tiap hari.
  • Menghafal kosa kata baru sejumlah 15 per hari dst.

Jika Lead measeure tersebut bisa secara disiplin kita lakukan dengan baik, maka bisa diprediksikan bahwa dalam setahun kita akan mencapai Lag measure kita. Dan juga sebaliknya, jika lead measure sering tidak tercapai, maka kita harus melakukan antsipasi segera untuk memperbaikinya dan menjamin Lag measure tetap tercapai.

3. Buat display yang memotivasi

Salah satu cara efektif menjaga motivasi adalah adanya display yang bisa dengan mudah dan setiap saat bisa diakses. Display ini biasanya disebut dengan scoreboard. Jika kita bisa setiap saat melihat pencapaian kita, maka kita akan merasa terus bersemangat. Jika pencapaian tidak sesuai dengan goal, maka kita akan merasakan warning yang datang sejak dini. Sebuah score board setidaknya memuat pencapaian yang kita inginkan dan pencapaian yang terealisasi, sehinga terlihat terus gap yang ada (jika tidak sesuai realisasinya).

Sebaiknya score board ini bukan ditulis di buku atau disimpan di rak, namun lebih efektif ditempel di dinding dengan ukuran yang bisa dilihat dari jarak 2-3 meter. Sehinga kita tidak perlu buka buku atau periksa rak buku kita untuk melihatnya. Bahkan dengan selalu terlihat dan terbaca oleh kita, kita akan merasa selalu “dihantui” oleh pencapaian kita, dan ini akan menimbulkan efek positif dengan semakin kuatnya motivasi dan fokus terus untuk mencari cara mencapainya. Contoh dan bentuk scoreboard bisa kita search di banyak mesin pencari. Ambillah salah satu yang paling pas dengan kebutuhan dan style kita.

4. Semua harus bisa dipertanggungjawabkan

Satu lagi yang penting, ciptakan sebuah sistem yang membuat kita di satu sisi harus mempertanggungjawabkan pencapaian kita, namun di sisi lain dapat membuat kita menjadi lebih kaya pengalaman dan lebih bersemangat.

Contohnya, kita buat forum atau grup dari mereka yang sama-sama belajar Bahasa Jerman. Grup ini bertemu sekali dalam sepekan. Dalam pertemuan itu, setiap person menceritakan pencapaiannya, apa kendala yang dihadapi, apa solusi yang diambil dan bagaimana hasilnya. Dengan begitu, kita tidak hanya akan merasa malu jika bercerita tentang kemalasan atau ketidakdisiplinan kita, sehingga berusaha terus perform. Namun kita juga akan mendapat banyak insight dan inspirasi dari pengalaman yang dihadapi oleh teman segrup kita.

Maka Gaess.., ternyata ini bukan hanya tentang bagaimana mencapai sasaran dan goal, namun lebih dari itu, ini mengajarkan kita untuk fokus pada proses dan menyadari bahwa kita bisa jadi pemenang. Selamat berproses, jadilah pemenang!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *