Serial persiapan kuliah ke Jerman 9

Kalau sebelumnya sudah pernah kita singgung tentang disiplin, maka kita tidak bisa mengabaikan tentang tepat waktu. Salah satu wujud disiplin adalah kebiasaan untuk tepat waktu, dan ini sangat berharga di Jerman.

Jika anda punya janji dengan seseorang, misalnya untuk bertemu pukul 10 pagi. Maka sudah jadi kebiasaan, anda sudah di tempat bertemu sekitar sepuluh menit sebelumya, atau pukul 9.50. ini sudah sangat biasa, baik anda berjanji dengan teman kuliah, professor, dokter anda, atau bahkan untuk bermain sepakbola dengan teman-teman di luar kampus. Terlambat datang amat sangat harus dihindari, karena itu menunjukkan anda tidak menghargai teman anda yang sudah datang tepat waktu dan menunjukkan anda tidak serius menepati janji.

Coba bandingkan hal ini dengan di negara kita Indonesia. Terlambat 15 menit sudah sangat bagus di negara kita, apalagi kondisi di kota-kota besar yang selalu penuh kemacetan. Tidak bisa diprediksi waktu perjalanan yang harus ditempuh. Dan jika kita berhasil datang tepat waktu, maka biasanya kita jadi “korban” karena harus menunggu teman kita dalam waktu yang tidak tentu. Hal ini harus benar-benar diperhatikan bagi mereka yang akan studi dan hidup di Jerman. Jangan meneruskan kebiasaan tidak baik kita saat di sini, agar kita bisa cepat beradaptasi dalam masyarakat Jerman. Tidak ada toleransi di Jerman bagi mereka yang terlambat walaupun hanya satu menit, jika menyangkut kepentingan public, misalnya naik kereta api atau bis kota. Jika sudah jadwalnya berangkat, akan tetap berangkat walaupun anda sudah di belakang dan melambai-lambaikan tangan minta ditunggu.

Satu hal lagi, bahwa tepat waktu juga sangat berhubungan dengan keterusterangan. Maksudnya, jika kita tidak bisa atau malas untuk datang ke satu perjanjian, maka katakanlah terus terang. Jangan sampai kita mengiyakan, tapi kemudian datang terlambat karena malas, atau bahkan tidak datang tanpa kabar atau alasan yang kuat. Ingatlah di Jerman, suatu janji sangat dihargai, dan tidak menepati janji sangatlah tidak bagus bagi diri kita.

Kultur berterus terang atau mengatakan apa adanya, juga satu hal yang sering kita temui. Lebih baik kita mengatakan tidak, daripada mengatakan iya, tapi dalam hati sebenarnya tidak mau dan malas melakukannya. Berterus terang dan konsisten dengan keterusterangan kita akan mendatangkan respek dari mereka.

Ada beberapa pengalaman sewaktu di kampus dengan teman-teman kuliah, di tempat praktikum dengan teman di industri, ataupun saat sudah lulus studi di tempat kerja, yang sangat berharga. Saya sebagai muslim selalu menyampaikan dengan terus terang bahwa tidak minum minuman beralkohol, atau tidak makan daging babi, dan mereka sangat respek dan menyediakan makanan atau minuman khusus untuk saya yang saya bisa konsumsi. Bahkan di tempat kerja, saat minta ijin di jam kerja untuk ke masjid melaksanakan sholat Jumat, mereka sangat respek dan mempersilahkan.

Buat masyarakat Jerman, orang yang komitmen dengan ajaran agamanya adalah orang yang harus dihormati, dan sebaliknya, mereka sangat tidak menghormati jika ada yang mengaku sebagai muslim, namun justru tidak sholat ataupun makan atau minum yang dilarang oleh agama Islam. Keterusterangan adalah hal yang baik, bahkan untuk bilang kita tidak sependapat dengan mereka pun, kita harus berani, dan tidak ada seorangpun yang boleh menghina atau merendahkan pendapat orang lain.

Salam Exzellenz

Syahril M Nurdin

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *