Serial persiapan kuliah ke Jerman 4

Di tulisan sebelumnya sudah kita bahas tentang syarat yang harus dipenuhi sebelum berangkat ke Jerman untuk menjalani perkuliahan di sana. Selain syarat-syarat resmi tersebut, ada juga beberapa faktor lain, yang tidak termasuk dalam syarat tersebut, namun berdasar pengalaman, sangat menentukan kesuksesan studi. Banyak pengalaman, ternyata mahasiswa Indonesia di Jerman tidak mengalami kesulitan yang besar dalam penguasaan bahasa Jerman dan prestasi akademik, namun sebagian besar mereka gagal karena faktor-faktor ini.

Yang pertama adalah motivasi. Ini sering dilupakan oleh banyak orang, karena menganggap motivasi akan muncul sambil menjalani perkuliahan nanti. Namun ternyata semua sudah terlambat saat sudah berada di sana. Motivasi yang kuat, yang sudah dipupuk sejak jauh saat masih di bangku SMP atau SMA, akan berdampak pada kuatnya fokus. Mereka yang sudah berniat untuk kuliah ke Jerman sejak di bangku sekolah, akan berusaha sekuat tenaga memahami pelajaran dan mendapat nilai sebagus-bagusnya. Juga mempersiapkan dirinya sebaik-baiknya untuk hidupnya kelak di Jerman sebagai pelajar. Bahkan saat di Jerman pun, dia akan kuat, siap dan konsekwen menghadapi berbagai masalah dan ujian yang ada, untuk bisa meraih kesuksesan studinya. Dan sebaliknya, jika motivasi itu rendah, keputusan ke Jerman hanya karena mengikuti teman, atau karena alasan gengsi dan sejenisnya, maka akan sangat rentan menyerah saat menemui hambatan walaupun kecil.

Berikutnya adalah faktor pemilihan jurusan studi. Hal ini juga jadi masalah sebagian besar calon mahasiswa di Indonesia. Masih banyak yang memutuskan jurusan yang akan diambil, hanya berdasarkan obrolan dengan teman, atau kesenangan sesaat tanpa mau mendalami terlebih dahulu jurusan yang akan diambil. Kesalahan mengambil jurusan kuliah, akan membuat tidak nyaman saat menjalaninya, dan memunculkan berbagai masalah berikutnya. Saat kemudian memutuskan pindah jurusan, akan berarti pula terbuangnya waktu, energi dan biaya.  Karena itu sejak dini, cobalah untuk menggali bakat, minat dan kemampuan kita, agar tidak ada lagi yang disebut salah jurusan. Ada banyak tools untuk bisa mengetahui bakat dan minat dan juga kemampuan ini. Di Exzellenz Institut bisa dilakukan assessment seperti ini dengan menggunakan Talents Mapping dan STIFIn yang sudah terbukti keilmiahan dan ketepatannya.

Faktor yang ketiga adalah kemandirian. Salah satu yang terlihat dari kebanyakan Student Indonesia yang menjalani studi di Jerman, adalah kemampuan bahasa dan akademisnya yang bagus, ternyata tidak dibarengi kemandirian dan kedewasaan yang cukup. Sewaktu di bangku sekolah di Indonesia, segala kebutuhannya dilayani dan tidak dilakukan sendiri. Menyiapkan kebutuhan sehari-harinya seperti makanan, pakaian, alat-alat belajar dan lain lain, semuanya serba dilayani dan siap secara otomatis. Bahkan untuk mengambil keputusan-keputusan harian atau bahkan yang penting, masih dilakukan oleh orang tuanya. Hal seperti inilah yang membuat student Indonesia menjadi lemah saat di Jerman. Langsung berhadapan dengan kenyataan, bahwa semua harus dilakukan dan diputuskan sendiri, bahwa sudah harus bertanggung jawab untuk hidupnya sendiri. Bahkan mereka yang berlatar belakang dari keluarga berkemampuan finansial bagus, mungkin beranggapan bahwa semua bisa diselesaikan dengan uang, dan ini salah besar. Di Jerman, mereka yang sudah mencapai usia 18 tahun dianggap sudah dewasa dan harus mampu bertanggung jawab atas dirinya sendiri dalam semua urusannya. Dan ini harus disiapkan dengan baik sejak sebelum berangkat.

Yang berikutnya adalah faktor kemampuan beradaptasi. Ini perlu proses persiapan yang cukup panjang. Sejak di Indonesia sudah harus dipelajari berbagai hal yang akan ditemui saat di Jerman. Bagaimana sistem pendidikan dan kehidupan di kampus, bagaimana kultur dan kebiasaan hidup masyarakat Jerman, bagaimana sistem hukum di sana, bagaimana hidup sebagai student dan sekaligus muslim di sana (bagi yang beragama Islam) yang minoritas, kesempatan apa saja yang dimiliki seorang student baik di kampus maupun di luar kampus, dan banyak hal lainnya. Di Exzellenz Institut, kami menerapkan motto “Lettu ki Jollo Nappa Jokka” yang berasal dari falsafah Bugis sebagai kekayaan nasional, yang artinya “Tiba sebelum Berangkat”. Konsep persiapan studi di Exzellenz Institut untuk menyiapkan siswa tidak hanya untuk sukses studi di sana, namun untuk sukses hidup di sana.

Yuk, jika makin tertarik untuk kuliah di Jerman, datang aja ke Exzellenz Institut dan susun langkah kalian menuju masa depan bersama Exzellenz Institut.

Salam Exzellenz

Dipl.-Ing. Syahril M Nurdin

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *