Di penghujung tahun 2017 ini, izinkan saya memberikan hadiah kepada masyarakat pembaca dengan sebuah laporan akademik bagaimana masyarakat Turki menggunakan media sosial sebagai sarana bersosialisasi, bisnis, sumber berita dan lainnya. Saya menggunakan hasil riset the Reuters Institute for the Study of Journalism yang berpusat di Oxford University sebagai data primer dalam artikel kali ini.

Perlu diketahui pula di negara seperti Turki (termasuk Brazil, Mexico, Indonesia dan negara-negara lainnya) penetrasi internet di masyarakat masih tergolong rendah. Sehingga data yang digunakan oleh the Reuters Institute for the Study of Journalism lebih diarahkan kepada penduduk perkotaan.

Dengan membaca artikel ini, saya ingin mengajak masyarakat pembaca untuk memahami bersama-sama bagaimana dan mengapa: tingkat ketidakpercayaan masyarakat Turki terhadap sebuah berita sangat tinggi; meningkatnya penggunaan messaging service yang tertutup dan melemahnya penggunaan media sosial sebagai medium sharing berita; meningkatnya dan bertambahnya situs berita online (online news); serta pemandangan yang merupakan kombinasi betapa tingginya tingkat ketertarikan masyarakat terhadap sebuah berita, sedangkan di sisi lain tingkat masyarakat yang menghindar/menolak berita yang sama juga tinggi.

Kepercayaan dan Ketidakpercayaan

Menurut penelitian the Reuters Institute for the Study of Journalism, 40% masyarakat Turki percaya terhadap sebuah berita yang diterbitkan oleh sebuah news agency. Sedangkan 30% masyarakat Turki tidak percaya terhadap berita yang beredar. Ini adalah sebuah indikator bahwa masyarakat dan media di Turki sangat terpolarisasi (polaryzed).

News Sharing dan Pesan Media Sosial

Dalam hal ini, RISJ mengemukakan bahwa penggunaan Facebook dan Twitter turun sebanyak 5% dibanding pada tahun 2016. Hal ini sangat dimungkinkan dengan meningkatnya tingkat pengawasan media sosial yang dilakukan oleh pemerintah Turki. Sedangkan penggunaan news sharing platform seperti Whatsapp meningkat menjadi 8% karena masyarakat Turki mengerti bahwa iklim yang tidak aman sudah muncul terkhusus untuk para pegawai negeri dalam melakukan news sharing apalagi melakukan kritik terhadap pemerintah.

Sumber Berita

Sumber berita elektronik termasuk sosial media menduduki posisi teratas. Dimana hampir 89% masyarakat Turki menggunakan platform tersebut dalam membaca berita. Sedangkan TV adalah 77%, media cetak 47% dan radio 38%. Prosentase ini sangat dipengaruhi oleh kondisi demografi Republik Turki dimana kebanyakannya adalah kaum muda yang lebih cenderung mudah dalam mengakses media elektronik. Sedangkan kaum tua biasanya mendapatkan berita dari media cetak seperti koran, dsb.

16130

Top Media Brands

Saluran televisi yang sangat mendominasi antara lain:

  1. Fox TV; adalah sumber yang paling disukai, baik sebagai sumber berita utama atau weekly news. Kemudian diikuti oleh CNN Turk, NTV dan Kanal D.
  2. Hurriyet dan Sozcu; adalah sumber surat kabar cetak yang paling populer saat ini. Sedangkan CNN Turk, Mynet, Hurriyet dan Sozcu merupakan online broadsheet yang paling populer.
  3. Sozcu; adalah sebuah media yang sangat kritis terhadap AK Parti yang juga mendominasi tiga surat kabar terbaik (populer) di Turki. Sozcu juga memberikan berita yang akurat dan handal melalui sudut pandang opini yang kuat dan mampu membantu para pembacanya memahami masalah yang kompleks, kemudian diikuti oleh CNN Turk.

* * * *

Turki telah berada dalam status Emergency State sejak peristiwa kudeta yang gagal pada tanggal 15 Juli 2016. Di mana pada peristiwa tersebut kurang lebih 248 orang tewas dan ratusan lainnya terluka dan gejolak politik tersebut sangat mempengaruhi kebebasan masyarakat dan kebebasan media Turki dalam membuat berita. Pihak pemerintah Turki telah menutup lebih dari 160 media, termasuk 56 surat kabar, 5 kantor berita, 27 saluran televisi nasional, 30 stasiun radio, 19 majalah dan 29 penerbit dengan kekuatan pemerintah dalam Emergency State.[1] Ini belum termasuk penutupan terhadap ribuan situs berita online.

15546

Peredaran surat kabar cetak (koran dan majalah) menurun dalam beberapa tahun terakhir.[2] Pada tahun 2016 penurunan dramatis terjadi sebagai akibat dari banyaknya kantor berita yang ditutup setelah peristiwa yang gagal. Hal ini juga mempengaruhi pendapatan mereka dari iklan di media cetak yang di sisi pendapatan dari media digital melonjak. Tekanan pada media online milik oposisi pemerintah juga dilancarkan, sehingga banyak muncul situs-situs berita online kecil atau bahkan gratisan sehingga media mainstream kehilangan monopolinya. Situs-situs berita online kecil tersebut biasanya meneruskan berita dari agency atau situs online boardsheet yang besar seperti Anadolu Agency, Hurriyet dan lainnya.

Menghidari Berita

15833-e1514720006814.pngGrafik ini merupakan gambaran prosentase masyarakat Turki yang menghindarkan diri dari berita. Masyarakat Turki memang memiliki minat membaca berita yang kuat, namun di sisi lain tingkat masyarakat yang mengindarkan diri dari berita juga sangat tinggi. Hanya 15% responden yang tidak pernah melihat berita. Prosentase masyarakat yang menghindar dari berita di Turki dan Yunani berada di urutan teratas dalam survei yang dilakukan di 36 negara.

Dalam kasus Turki, hal ini dapat dikaitkan dengan negara yang menjadi sangat terpolarisasi dalam beberapa tahun terakhir. Selain itu, adanya berita negatif yang menceritakan tentang peristiwa kudeta yang gagal, serangan teror, pelanggaran hak asasi manusia di bawah Emergency State, masalah pengungsi Suriah, hak minoritas dan pelecehan seksual. Dan ini membuat para pendengar dan pembaca berita bosan dan mulai tak acuh dengan perkembangan berita.

Alasan penting kedua adalah untuk menghindari representation Turki di media internasional sebagai negara yang memiliki banyak masalah seperti kudeta, teror dan sebagainya. Sehingga pemerintah bahkan jaksa melarang masyarakat Turki menyebarluaskan gambar, berita atau video yang berhubungan dengan hal-hal di atas.

Hubungan antara penghindaran terhadap sebuah berita dengan kencenderungan politik sangat luar biasa. Responden sayap kiri 66% tidak mau membaca berita-berita yang berkembang dibanding sayap kanan yang hanya 48%. Hasilnya tidak mengherankan, mengingat AK Parti yang berkuasa, dan ianya adalah salah satu partai konservatif yang berkuasa kurang lebih 15 tahun terakhir. Turki merupakan negara yang secara kencenderungan politik dapat dibagi menjadi dua: (a) Pro-AK Parti dan (b) lawan-lawannya. Wacana dan praktik politik di lapangan juga lebih menerangkan tentang wacana dan politik pemecah belah. Termasuk dalam sebuah wacana, memberikan label teroris terhadap mereka yang tidak mendukung Referendum April 2017.

Top Brands Media di Turki

16171

Melalui grafik di atas kita dapat mengetahui bagaimana media digital pertelevisian sangat mendominasi media tradisional (cetak). Hanya tersisa Sozcu dan Hurriyet di posisi teratas. Fox TV merupakan saluran prime-time Turki yang terkenal tidak berpihak kepada sayap manapun, sehingga berada di posisi teratas. Saluran 24 jam seperti CNN Turk, NTV dan HaberTurk juga menempati posisi teratas. ATV secara luas digambarkan sebagai saluran yang condong dan mendukung partai yang berkuasa saat ini, dan penyiaran nasional, TRT merupakan instrumen propaganda pemerintah yang jelas juga mendapat tempat di hati khalayak.

Dalam grafik tersebut juga kita mengetahui bahwa surat kabar seperti Haberturk, Aksam, Vatan, Yeni Safak dan Turkiye yang dipandang sebagai media cetak utama hingga tahun-tahun belakangan ini, tidak termasuk dalam sepuluh besar karena audiens mereka relatif terbatas.

Halk TV digambarkan sebagai saluran televisi dan condong kepada partai opoisi yaitu Cumhuriyet Halk Partisi atau Partai Rakyat Republik (CHP), memiliki posisi yang lebih baik terutama setelah peristiwa demonstasi Gezi di Taksim, Istanbul. Halk TV memiliki popularitas yang mampu bersaing dengan media-media lainnya.

Kepercayaa dan Ketidakpercayaan di Berita

Titik yang paling luar biasa dan signifikan mengenai angka-angka untuk kepercayaan keseluruhan dan ketidakpercayaan di media berita Turki adalah bahwa mereka sangat mirip. Empat puluh persen orang mengatakan bahwa mereka percaya berita yang paling sebagian besar waktu, dan 38% orang mengatakan mereka tidak percaya berita yang paling sebagian besar waktu. Proporsi yang ‘tidak setuju atau tidak setuju’ adalah 22%. Fenomena ini dapat dikaitkan dengan masyarakat dan berita media yang sangat terpolarisasi di negeri ini, seperti yang kita bahas lebih mendalam kemudian dalam bab ini dengan memeriksa merek media dan bersandar politik.

Orang mungkin mengharapkan tingkat kepercayaan yang lebih rendah di negara di mana media sebagian besar dikendalikan oleh pemerintah. Namun, ini mungkin menyesatkan karena mengabaikan fakta bahwa kepercayaan mungkin tinggi di antara mereka yang setuju dengan pemerintah, yang tampaknya menjadi kasus di Turki.

Meskipun ada tingkat tinggi polarisasi di media berita Turki, ada juga rasa bahwa orang-orang tetap mengenali beberapa masalah yang terkait dengan tingginya tingkat pengaruh pemerintah. Empat puluh persen responden Turki percaya berita secara keseluruhan, sementara angka ini sedikit meningkat menjadi 46% ketika mereka diminta secara khusus tentang kepercayaan dalam berita yang mereka gunakan, yang menunjukkan bahwa orang-orang ini melihat masalah dengan berita secara keseluruhan.

Di sisi lain, ketika kita melihat pangsa orang-orang yang tidak setuju ‘dengan proposisi pada kepercayaan, sehingga mencerminkan ketidakpercayaan, mencolok bahwa tingkat ketidakpercayaan di Turki sangat tinggi, pada 38%.Proporsi yang tidak setuju ‘dengan ‘kepercayaan berita yang saya gunakan’ adalah 31%, dan angka bagi mereka yang ‘tidak setuju atau tidak setuju’ adalah 24% dalam kategori ini.

Semua angka-angka ini merupakan indikasi tidak hanya ketidakpercayaan di liputan media dan konten, tetapi juga polarisasi tinggi. Responden tampaknya akan dibagi ke dalam dua kubu, baik media berita percaya atau curiga. Orang-orang di kamp baik lebih memilih untuk percaya apa yang mereka ingin percaya tanpa mempertanyakan keandalan dan akurasi berita.

Prosentasi Ketidakpercayaan Berita di Dunia

16762

Sementara itu, kita menghindari perbandingan internasional dalam hal peringkat di antara semua pasar, mengingat bahwa negara-negara di lima benua di survei memiliki sistem media yang berbeda dan pemahaman politik. Ada variasi besar dalam kepercayaan di seluruh 36 negara, itu adalah tertinggi di Finlandia (62%), namun terendah di Yunani dan Korea Selatan (23%).

Penutup

Dalam bangun dari kudeta gagal dan referendum berikutnya memberikan presiden menyapu kekuatan baru, situs online, blog, dan media sosial telah muncul sebagai pusat oposisi. media mainstream tetap sebagian besar dikuasai oleh pemerintah.

Namun, tantangan terbesar bagi platform berita online skala kecil adalah keuangan. Mereka sebagian besar tidak didasarkan pada model bisnis yang berkelanjutan dan didanai oleh LSM atau dana internasional. Dalam suasana politik, mereka sebagian besar fokus pada mengejar jurnalisme bebas dan bukan pada model bisnis. Era ini dapat dilihat sebagai masa transisi, mengingat bahwa tidak ada lingkungan hukum yang stabil untuk investasi media, karena hanya membutuhkan perintah dari hakim untuk website yang akan diblokir dan ditutup seluruhnya. Tampaknya itu akan memakan waktu untuk investasi secara online yang signifikan, terutama dari perusahaan-perusahaan besar dan pemain internasional.

Sumber : https://fatchulwachid.wordpress.com/tag/kehidupan-mahasiswa-turki/

Oleh: Fatchul Wachid

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *