Masing-masing negara memiliki sistem pendidikan tersendiri. Tidak jarang keunggulan atau kekurangan sebuah bangsa dapat tercermin dari sistem pendidikan negara tsb. Tulisan ini bertujuan untuk memberikan gambaran sistem sekolah di Jerman tanpa hendak memperbandingkan dengan sistem pendidikan di negara kita.

Anak di Jerman memulai “sekolah” sejak dini. Sejak umur dua hingga tiga tahun, mereka telah mulai masuk pra-sekolah yang diberi nama Kinderkrippe. Di Kinderkrippe, perkembangan motorik maupun sosialisasi anak dikembangkan. Lewat suara, warna, atau berbagai permainan, anak bermain permainan yang mendidik dan bermanfaat bagi perkembangannya. Sesuai bobot umurnya, Kinderkrippe hanya memberikan waktu maksimal 30 jam bagi anak untuk bersekolah.

“Lulus” dari Kinderkrippe, anak umur tiga hingga enam tahun mengenyam pendidikan di taman kanak-kanak (Kindergarten). Sama seperti di Kinderkrippe, anak TK juga belajar sambil bermain. Penilaian yang diberikan oleh pendidik hanya berupa gambaran sifat, kemampuan, dan interaksi anak selama di sekolah. Juga seperti Kinderkrippe, maksimal anak rata-rata hanya bersekolah 38 jam per minggu. Meski demikian, Kinderkrippe dan Kindergarten bukanlah hal yang wajib bagi anak.

Wajib sekolah dimulai sejak masa sekolah dasar hingga kelas kelas 9. Dengan kata lain, wajib belajar di Jerman berlangsung selama 9 tahun. Meski demikian, masing-masing negara bagian memiliki peraturan masing-masing sehingga ada juga negara bagian yang mewajibkan sekolah hingga 12 tahun. Rata-rata total waktu sekolah di Jerman 38,5 jam per minggu. Selain itu, sebagian besar sekolah di Jerman dimulai pukul 8 pagi.

Sekolah dasar di Jerman rata-rata berlangsung selama 4 tahun. Meski berlangsung cukup singkat, anak baru mulai memiliki raport yang berisi angka sejak kelas tiga SD. Di kelas satu dan dua, anak diberi penilaian kualitatif mengenai kemampuan dan sosialisasinya di sekolah. Selain itu, di kelas satu dan dua anak baru mulai mengenal angka dan huruf, serta mulai belajar membaca dan berhitung. Ujian kelulusan SD dilakukan di kelas empat. Hasil ujian kelulusan akan menjadi penentuan jenis sekolah anak berikutnya.

Jenjang pendidikan setelah SD terbagi menjadi tiga bagian, yakni Hauptschule, Realschule, dan Gymnasium. Pembagian jenjang ini didasarkan pada nilai hasil ujian kelulusan di SD.

Haupt dalam bahasa Indonesia berarti utama dan Schule artinya sekolah. Sekolah utama atau Hauptschule berlangsung hingga kelas 9. Di Hauptschule, siswa pada dasarnya mempelajari hal yang dapat dipraktekkan dalam bekerja. Dengan kata lain, sekolah ini adalah sekolah untuk bekerja.

Realschule adalah jenis sekolah selain Hauptschule yang dapat ditempuh anak setelah lulus SD. Realschule berlangsung hingga kelas 10. Di Realschule, siswa mempelajari teori seperti fisika, kimia, biologi, matematika, dsb dengan bobot tertentu dan tergantung fokus yang mereka pilih.

Sekolah lainnya setelah lulus SD adalah Gymnasium. Gymnasium dapat digambarkan semacam SMA karena berlangsung hingga kelas 12. Di Gymnasium, siswa juga belajar fisika, kimia, dsb. Bobot teori di Gymnasium prosentasenya tinggi. Ujian kelulusan Gymnasium bernama Abitur. Dalam abitur, siswa dipersilahkan memilih tiga jenis mata pelajaran yang akan diikutkan untuk ujian kelulusan. Abitur bentuknya essay dan berlangsung antara tiga hingga empat jam.

Jenis lain yang merupakan gabungan dari tiga jenis sekolah tsb adalah Gesamtschule dan Realschule Plus. Realschule Plus menggabungkan Hauptschule dan Realschule. Sedangkan Gesamtschule menggabungkan ketiga jenis sekolah tsb. Penggabungan sekolah umumnya didasarkan pada pertimbangan bahwa masih terlalu dini untuk menilai kemampuan siswa pada kelas empat, sehingga dengan sekolah yang digabung, anak memiliki pilihan yang sesuai dengan kemampuan.

Hal yang menarik dari konsep ini adalah adanya kemungkinan siswa untuk pindah ke jenis sekolah lain. Jika menurut penilaian guru siswa memiliki kemampuan lebih atau kurang, siswa dapat dipindah ke jenis sekolah yang berbeda sesuai dengan kemampuan siswa.
Tahap selanjutnya setelah Hauptschule dan Realschule adalah Berufschule. Karena hampir setiap pekerjaan di Jerman mewajibkan kerja praktek (Ausbildung) yang rata-rata berlangsung selama dua tahun, maka sebelum terjun ke dunia kerja, siswa bersekolah di Berufsschule. Beruf yang artinya kerja dan Schule yang berarti sekolah menawarkan berbagai jenis program mulai dari pekerja teknik, tukang sampah, koki, penjual, guru TK, suster, pemotong rambut, sekretaris, dsb. Ausbildung dilaksanakan dengan sistem beberapa hari dalam seminggu bekerja dan beberapa hari dalam seminggu masuk sekolah. Dengan demikian, apapun jenis pekerjaannya, mendapatkan pekerja yang berkualitas merupakan jaminan di Jerman.

Tahap setelah lulus Abitur adalah kuliah. Secara garis besar, terdapat dua jenis perguruan tinggi di Jerman, yakni universitas (Universität) dan institut (Fachhochshule). Berbeda dengan di Indonesia, universitas menawarkan program studi selain teknik, seperti ekonomi, pendidikan, hukum, geografi, matematika, atau psikologi. Sedangkan institut pada dasarnya menawarkan program studi teknik, seperti teknik mesin, teknik bangunan, teknik sipil, arsitektur, dsb. Meski demikian, tetap ada pengecualian. Misalnya, beberapa universitas menawarkan program studi teknik informatika. Selain itu, beberapa institut menawarkan program studi ekonomi.

Karena penggolongan jenis pendidikan setelah lulus SD, kualitas pendidikan di Jerman kurang lebih sama. Dengan demikian, tidak mengherankan jika rangking sekolah atas sistem akreditasi tidak terdapat dalam sistem pendidikan di Jerman. Meski demikian, tetap ada universitas atau institut favorit. Akibat terbatasnya jumlah penerimaan mahasiswa di Jerman, calon mahasiswa harus melamar ke perguruan tinggi yang dituju. Syarat seleksi pada dasarnya nilai Abitur. Selain itu, terdapat syarat lain seperti mata pelajaran yang diambil saat Abitur.

Hal yang menarik adalah jarang ada sekolah maupun perguruan tinggi swasta di Jerman. Hal ini mungkin karena pendidikan di Jerman pada dasarnya gratis. Satu-satunya jenjang pendidikan yang mewajibkan pembayaran adalah jenjang perguruan tinggi. Di jenjang ini terdapat iuran semester. Meski demikian, lewat iuran semester mahasiswa dapat mengakses bis, trem, kereta, dan bentuk transportasi publik lainnya.

Selain bentuk pendidikan yang telah dijabarkan sebelumnya, terdapat jenis lembaga pendidikan lainnya seperti Berufsakademie dimana lulusan Berufschule dapat menempuh pendidikan ke jenjang selanjutnya, atau ada Volkshochschule yakni lembaga kursus dari pemerintah daerah yang menyediakan berbagai keterampilan mulai dari komputer, bahasa, dsb dengan harga sangat terjangkau.
Membandingkan langsung sistem pendidikan di Jerman dengan di negara kita untuk dapat mengetahui apakah sistem yang sama dapat diterapkan disini tentulah perlu kajian sistematis dan ilmiah. Tulisan ini hanya hendak memberi gambaran bagaimana sistem pendidikan di Jerman.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *